Akhir-akhir ini kita di kejutkan oleh
penemuan tentang bagaimana dahsyatnya otak tengah...berbagai lembaga mengadakan
pelatihan singkat untuk mengaktivasi otak tengah dan menjanjikan peserta
pelatihan akan menjadi anak yang cerdas dan jenius....tentu saja banyak orang
yang tertarik dan mengikuti pelatihan tersebut...TAHUKAH ANDA...BAHWA
MENGAKTIVASI OTAK TENGAH JUSTRU MENIMBULKAN BAHAYA....SILAHKAN DISIMAK GAN...
Otak kita terdiri atas otak kiri dan otak
kanan serta otak tengah
Sampai hari ini belum ada satupun publikasi ilmiah yang menyatakan bahwa
otak tengah dapat diaktifkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi
meng-upgrade nya menjadi jenius.
Induksi lateralisasi aktifitas otak tengah menurut sebuah tulisan ilmiah tahun 2005 malahan dapat mengakibatkan mental stress (tekanan mental) dan berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death).
Induksi lateralisasi aktifitas otak tengah menurut sebuah tulisan ilmiah tahun 2005 malahan dapat mengakibatkan mental stress (tekanan mental) dan berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death).
Perdebatan mengenai otak tengah; perlu tidaknya otak tengah tersebut diaktifkan; terus terjadi. Masyarakat makin memahami pentingnya menyeimbangkan kedua belahan otak kanan dan kiri, karena masing-masing belahan tersebut memiliki beragam fungsi yang saling mengisi dalam perjalanan panjang kehidupan seorang manusia.
Ironisnya seolah belum puas dengan kekayaan kedua belahan otak kita,
sekelompok ilmuwan mulai mengotak-atik dan mencari bagian lain, yang
dinamakan otak tengah. Mereka mencari tahu apakah dengan mengaktivasi otak tengah kecerdasan seseorang akan makin bertambah, atau mengubah mereka menjadi jenius, serta memiliki berbagai kecerdasan lain yang supra-natural?
Di kalangan medis otak tengah ini dikenal sebagai bagian dari otak manusia yang memiliki fungsi sangat vital, misalnya sebagai pusat pengendali jantung, pembuluh darah, pernafasan, * refleks-refleks, dan masih banyak lagi. Berbagai tulisan ilmiah mengenai otak tengah ini bisa kita baca dalam berbagai tulisan sepuluh tahun terakhir. Dahulu orang berpikir bahwa kecerdasan identik dengan IQ, meskipun mereka mengetahui dalam test IQ yang diukur hanyalah kecerdasan seseorang di bidang matematika, linguistik dan sedikit visuo-spatial.
Saat ini wawasan kita mulai terbuka, melalui hasil penelitian Prof Gardner di tahun 1980an diketahui bahwa ada delapan jenis kecerdasan yang berbeda yang bisa dimiliki oleh masing-masing kita dalam porsi yang berbeda. Masing-masing kecerdasan tersebut menempati area yang berbeda di sisi kiri dan
kanan otak kita. Kecerdasan yang bervariasi ini disebut Kecerdasan Multipel (Multiple Intelligence).
Fungsi otak:
Sehubungan dengan otak tengah tadi, muncul pertanyaan, adakah hubungan antara kecerdasan ini dengan fungsi otak tengah / mid brain seseorang?
Benarkah aktivasi otak tengah membuat seseorang makin cerdas dan jenius,
karena memiliki kemampuan supra-natural?
Menjadi
Jenius?
Nah dikaitkan dengan janji,
cukup dengan mengaktifkan otak tengah (mesensefalon) mampu membuat seorang
manusia menjadi jenius; Apakah definisi jenius? Range IQ normal
adalah 90 - 110. Dengan IQ normal seorang anak bisa tamat SMA, sebagian bahkan
tamat S1. Di atas angka tersebut seseorang disebut Superior, di atasnya lagi
adalah Very Superior, dan jika IQ nya lebih dari 180 orang akan disebut jenius.
Mengaktivasi
Otak
Ada cukup banyak cara yang
biasa dipakai untuk mengaktivasi otak, misalnya
dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart),lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya. Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan
memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya.
Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa
untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga
bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan
menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius!
Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam
benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata.
Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada di sekelilingnya agar tak mudah tertipu.
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki
ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan
publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo),
setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan
evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para
relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam masyarakat.
Mengapa dalam waktu 12 jam pelatihan atau satu setengah hari saja anak-anak tersebut bisa berubah? Salah satunya adalah kenyataan bahwa anak-anak dengan perilaku bermasalah sebenarnya membutuhkan perhatian dari orangtua mereka.
Dalam program pelatihan midbrain tersebut semua orangtua diharapkan
memperhatikan anaknya, mau melatih kembali anak-anak tersebut di rumah,
termasuk setelah latihan selesai.
Yang terjadi di sini sebenarnya adalah anak-anak tersebut dilatih untuk peka
terhadap berbagai bahaya dan rintangan yang ada di depan, serta 'dipaksa
untuk bersikap dan berperilaku lebih baik' karena mereka telah diberikan
teladan yang baik oleh orangtua dan orang-orang dewasa di sekelilingnya.
Yang terjadi pada anak-anak tersebut sebenarnya bukan JENIUS (memiliki IQ yang sangat tinggi atau di atas 140), melainkan latihan untuk suatu kewaspadaan (AWARENESS) terhadap apapun yang ada di sekeliling mereka.
Kondisi semacam ini perlu kita cermati lebih baik, mengingat kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan jiwa, dari gejala yang ringan berupa Gangguan Cemas Menyeluruh, sampai tipe berat berupa Gangguan Paranoid.
Itulah sebabnya orangtua diminta waspada dan berhati-hati sebelum mengirim
anak-anak mereka ke suatu institusi yang menawarkan sanggup mengubah
anak-anak menjadi jenius dalam waktu singkat.
Jadi bagi agan-agan yang berniat mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah mesti berfikir ulang....JANGAN-JANGAN BUKAN KECERDASAN YANG DIDAPATKAN, TETAPI MALAH KONDISI STRESS YANG DIDAPATKAN
dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart),lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya. Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan
memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya.
Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa
untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga
bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan
menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius!
Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam
benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata.
Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada di sekelilingnya agar tak mudah tertipu.
Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki
ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan
publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo),
setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan
evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para
relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam masyarakat.
Mengapa dalam waktu 12 jam pelatihan atau satu setengah hari saja anak-anak tersebut bisa berubah? Salah satunya adalah kenyataan bahwa anak-anak dengan perilaku bermasalah sebenarnya membutuhkan perhatian dari orangtua mereka.
Dalam program pelatihan midbrain tersebut semua orangtua diharapkan
memperhatikan anaknya, mau melatih kembali anak-anak tersebut di rumah,
termasuk setelah latihan selesai.
Yang terjadi di sini sebenarnya adalah anak-anak tersebut dilatih untuk peka
terhadap berbagai bahaya dan rintangan yang ada di depan, serta 'dipaksa
untuk bersikap dan berperilaku lebih baik' karena mereka telah diberikan
teladan yang baik oleh orangtua dan orang-orang dewasa di sekelilingnya.
Yang terjadi pada anak-anak tersebut sebenarnya bukan JENIUS (memiliki IQ yang sangat tinggi atau di atas 140), melainkan latihan untuk suatu kewaspadaan (AWARENESS) terhadap apapun yang ada di sekeliling mereka.
Kondisi semacam ini perlu kita cermati lebih baik, mengingat kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan jiwa, dari gejala yang ringan berupa Gangguan Cemas Menyeluruh, sampai tipe berat berupa Gangguan Paranoid.
Itulah sebabnya orangtua diminta waspada dan berhati-hati sebelum mengirim
anak-anak mereka ke suatu institusi yang menawarkan sanggup mengubah
anak-anak menjadi jenius dalam waktu singkat.
Jadi bagi agan-agan yang berniat mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah mesti berfikir ulang....JANGAN-JANGAN BUKAN KECERDASAN YANG DIDAPATKAN, TETAPI MALAH KONDISI STRESS YANG DIDAPATKAN
0 komentar:
Posting Komentar
blog ini masih banyak kekurang untuk perbaikan mohon kritik dan saran dari pengunjung, salam dari TheCrowley